Kamis, 18 Maret 2010

Sistem Otot

SISTEM OTOT
A. Pengertian Sistem Otot
Struktur jaringan otot dikhususkan untuk melakukan gerakan, baik oleh badan secara keseluruhan gerakan, baik oleh badan secara keseluruhan maupun oleh berbagai bagian tubuh yang satu terhadap yang lain. Sel-sel otot sangat berkembang dalam fungsi kontraktil dan tidak begitu berkembang dalam hal konduktivitas. Kekhususan ini meliputi pemanjangan sel-selnya sesuai sumbu kontraksi. Pada jaringan otot, sel-sel atau serat otot itu biasanya bergabung dalam berkas-berkas, sehingga jaringan otot tidak hanya terdiri atas serat-serat otot saja. Karena harus melakukan kerja mekanis, serat-serat otot memerlukan banyak kapiler darah yang mendatangkan makanan dan oksigen, dan mengangkut keluar produk sisa toksik. Pembuluh-pembuluh darah itu terdapat di dalam jaringan ikat fibrosa, yang juga berguna untuk mengikat serat-serat otot menjadi satu dan sebagai pembungkus, pelindung sehingga tarikan dapat berlangsung secara efektif. Komponen-komponen sel-sel otot seperti hal-hal yang lain, tetapi memiliki istilah khusus, membran sel disebut sarkolema, sitoplasma disebut sarkoplasma, retikulum endoplasma disebut retikulum sarkoplasma, dan mitokondria disebut sarkosoma. Ada tiga macam otot digolongkan berdasarkan struktur dan fungsi, yaitu otot rangka, otot jantung, dan otot polos.
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi . oto memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat. Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
b. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula.
c. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Sistem Otot-Physiology Veteriner

Morfologi Otot
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filamen aktin dan filamen miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.
Mekanisme Kerja Otot
Otot bekerja dengan kontraksi dan relaksasi. Pada otot lurik terdapat aktin dan miosin yang mempunyai daya berkerut membentuk aktomiosin. Bila aktin mendekat ke miosin makan otot akan berkontraksi, sebaliknya bila aktin menjauhi miosin makan otot akan relaksasi.

Fungsi otot
- melakukan gerakan bersama tulang
- mengalirkan darah
- menggerakan jantung
- mengedarkan sari makanan


B. Jenis-Jenis Otot
Berdasarkan bentuk morfologi, sistem kerja dan lokasinya dalam tubuh, otot dibedakan menjadi tiga, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.

A. Otot lurik (Otot Rangka)
Otot lurik atau otot rangka membentuk daging pada hewan. Dalam keadaan segar berwarna merah muda, sebagian disebabkan pigmen di dalam serat-serat ototnya dan sebagian lagi disebabkan kayanya jaringan itu akan pembuluh-pembuluh darah, tetapi ada variasi warnanya dan dikenal otot “merah” dan otot “putih”. Tiap serat atau sel otot berbebtuk silindris panjang dan berinti banyak. Ujung-ujungnya meruncing atau agak membulat pada perbatasan otot dan tendo. Otot rangka berkontraksi lebih cepat daripada otot polos. Tiap serabut otot diseputi oleh jaringan pengikat yang disebut endomisium. Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas otot atau fasikulus, yang diseliputi oleh jaringan pengikat pirimisium. Beberapa berkas otot bergabung membentuk gumpal otot, yang diselaputi oleh jaringan pengikat epimisium. Dalam selaput otot terdapat serabut kolagen, serabut elastis dan fibroblas dan pembuluh darah.
Struktur Halus Miofibril yang terlihat sebagai benang-benang panjang dengan diameter 1-3 mikrometer dibawah mikroskop cahaya, terdiri satuan-satuan yang lebih kecil “ miofilamen”.
Ada empat macam ukuran yaitu:
a. Filamen yang lebih tebal, mengandung myosin, garis tengah sekitar 12-15 nm denagan panjang 1,5 mikrometer dan menempati bagian tengah sarkomer membentuk pita A
b. Filamen tipis, mengandung aktin, garis tengah 5 nm, dan panjang sekitar 1 mikrometer dan terikat pada kedua belah garis
c. Filamen menengah (intermediate) (10 nm) membentuk jarring-jaring luas d. Filamen tranversal, filamen berbebtuk kberkas halus menghubungkan miofibril-miofibril berdekatan berjalan antara garis-garis 2 dan garis-garis M.
Sistem Membran Sarkolema terdiri atas membran plasma sel otot itu yang dilapisi oleh suatu lamina basal halus yang ekstraseluler, serta sedikit miofibril kolagen. Retikulum endoplasma yang agranuler sangat banyak dan merupakan suatu sistem tubuli dan sistem bermembran yang sambung-menyambung membentuk selubung di sekitar miofibril. Sarkopolasma memilki banyak sarkosom yang besar dan penuh dengan Krista terdapat di bawah sarkolema.
Macam-macam serabut serat otot Serat serabut otot terdiri dari tiga macam yaitu: a. Serat merah : bergaris tengah relativ kecil dengan banyak sarkosom besar yang penuh Krista b. Serat putih : seratnya lebih besar dan sarkosom-sarkosomnay yang lebih kecil terdapat berpasangan sekitar garis-garis c. Serat menengah: serat merah yang terdapat pada otot merah, tetapi sarkosom lebih kecil dan garis-garis lebih tebal. Myneoral Junction, bersifat lebih komplek pada serat putih dan penyebaran berbagai jenis serat di dalam suatu otot agaknya dipengaruhi oleh sistem syaraf.
Regenerasi
Sesudah mengalami kerusakan, serat otot memiliki kapasitas untuk melakukan regenerasi, tetapi kerusakan berat akan diperbaiki dengan pembentukan jaringan ikat fibrosa dengan meninggalkan parut. Demikian juga bila syaraf pembuluh darah terganggu alirannya, dan serat-serat otot berganerasi dan diganti jaringan ikat fibrosa. Selain terdapat melekat pada rangka, otot rangka terdapatpula pada lidah, bibir, daun telinga, kelopak mata, dan diafragma.
Otot rangka adalah salah satu tipe/jenis dari 3 tipe otot penyusun tubuh dengan ciri sebagai berikut : banyak inti, terdapat pada hampir semua bagian tubuh melekat pada tulang, bergaris melintang (mikroskop elektron) diinervasi oleh saraf somatik.
Tiap otot rangka strukturnya terdiri atas badan dan paling sedikit 2 tempat perlekatan/pertautan. Badan otot disusun oleh kumpulan serabut otot yang tersusun dalam berkas-berkas (fasciculi). Tiap berkas tersebut dipisahkan satu sama lain oleh lapisan jaringan ikat yang disebut perimisium dan kesemua fasikulus tersebut di luarnya dibungkus oleh lapisan jaringan ikat yang tebal disebut epimisium. Jaringan otot bisa ditutup oleh selapis selaput kolagen serta jaringan ikat dan bertautan dengan tulang melalui beberapa cara. Umumnya jaringan otot tersebut dilanjutkan oleh tendon yang selanjutnya bertautan dengan tulang. Namun, bisa juga jaringan otot langsung bertautan dengan tulang atau bergabung dahulu dengan jaringan ikat, akhirnya bertautan dengan tulang. Origo otot adalah tempat pertautan yang tetap/tidak dapat berpindah, sedang insersio adalah tempat pertautan pada atau dekat terjadinya gerakan tulang.
Otot rangka disebut juga otot rangka atau otot serat lintang. Otot ini bekerja di bawah kesadaran. Pada otot lurik, fibril-fibrilnya mempunvai jalur-jalur melintang gelap (anisotrop) dan terang (isotrop) yang tersusun berselang-selang. Sel-selnya berbentuk silindris dan mempunvai banvak inti. Otot rangka dapat berkontraksi dengan cepat dan mempunyai periode istirahat berkali - kali. Otot rangka ini memiliki kumpulan serabut yang dibungkus oleh fasia super fasialis.
Gabungan otot berbentuk kumparan dan terdiri dari bagian: 1. ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang menggembung 2. urat otot (tendon), merupakan kedua ujung yang mengecil.
Urat otot (tendon) tersusun dari jaringan ikat dan bersifat keras serta liat. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut ini: 1. Origo merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi. 2. Insersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot berkontraksi. Otot yang dilatih terus menerus akan membesar atau mengalami hipertrofi, Sebaliknya jika otot tidak digunakan (tidak ada aktivitas) akan menjadi kisut atau mengalami atrofi
B. Otot Polos
Otot polos disebut juga otot tak sadar atau otot alat dalam (otot viseral). Otot polos tersusun dari sel – sel yang berbentuk kumparan halus. Masing – masing sel memiliki satu inti yang letaknya di tengah. Kontraksi otot polos tidak menurut kehendak, tetapi dipersarafi oleh saraf otonom. Otot polos terdapat pada alat-alat dalam tubuh, misalnya pada:
1. Dinding saluran pencernaan
2. Saluran-saluran pernapasan
3. Pembuluh darah
4. Saluran kencing dan kelamin
Otot ini mempunyai sebuah inti pada setiap sel otot yang terletak di tengah serta tidak bergaris melintang, terdapat pada dinding organ berlumen, diinervasi oleh sistem saraf otonom, tak terkendali. Beberapa perbedaan pokok lainnya yang telah didapatkan adalah sebagai berikut.
1. Otot polos berkontraksi dengan lebih lambat dibandingkan dengan otot rangka dan kebanyakan otot polos bisa berkontraksi dengan spontan atau serentak.
2. Otot polos tidak mempunyai panjang yang pasti pada waktu istirahat, panjangnya bisa berubah dengan tanpa adanya suatu perubahan tenaga yang diberikan pada otot itu tanpa diregangkan bisa berubah panjangnya.
Dilain pihak, otot polos memberikan respons terhadap peregangan dengan segera berkontraksi. Dalam tubuh otot polos mempertahankan sedikit gaya tegang yang disebut tonus yang menyebabkan keadaan kontraksi yang bertambah lama tanpa diikuti oleh fase relaksasi.
C. Otot Jantung
Otot jantung mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik hanya saja serabut – serabutnya bercabang - cabang dan saling beranyaman serta dipersarafi oleh saraf otonom. Letak inti sel di tengah. Dengan demikian, otot jantung disebut juga otot lurik yang bekerja tidak menurut kehendak.
JANTUNG
1. Dindingnya terdiri atas 3 lapis yaitu; Perikardium, merupakan selaput pembungkus jantung Miokardium, Merupakan otot jantung. Endokardium, merupakan selaput yang membatasi ruangan jantung
2. Ruangan jantung: Jantung mempunyai 4 ruangan jantung yaitu : a. 2 serambi (atrium) yaitu atrium sinister / kiri dan atrium dekster / kanan b. 2 bilik (ventrikel) yaitu vebtrikel sinister / kiri dan ventrikel dekster / kanan Dinding bilik (ventrikel) jantung lebih tebal dibandingkan dengan dinding serambi (atrium). Dinding bilik kiri lebih tebal dibandingkan dinding bilik kana
3. Klep jantung Antara ruang jantung dihubungkan oleh klep atau katub jantunh seperti:
Sistem Otot-Physiology Veteriner
a. valvula trikuspidalis = klep jantung berdaun tiga yang terletak antara atrium kanan dengan ventrikel kanan b. Valvula bicuspidalis = klep jantung berdaun dua, terletak antara atrium kiri dengan ventrikel kiri. Jantung juga memiliki korda tendinae yaitu urat jantung yang menjaga katup (klep) jantung mendapat makanan dan O2 dari nadi tajuk (arteri coronaria) penyakit jantung koroner disebabkan tersumbatnyanya arteri koronaria Otot jantung termasuk otot involunter yang bekerja di luar kendali sistem koordinasi.
c. syaraf jantung. Nodus S.A ( Nodus bang menjadi serabut purkinje sinus arterio) disebut juga nodus keith - flack, merupakan serabut-serabut saraf yang terdapat pada dinding atrium kanan dekat muaravena cava superior dan vena cava inferior. Serabut saraf ini merupakan cabang dari sistem syaraf tak sadar dan juga dipengaruhi saraf vagus (saraf ke- 10) Nodus A.V (Nodus atrium ventrikel) disebut juga simpul tawara, terdapat pada perbatasan antara serambi (atrium) dan bilik (ventrikel) Berkas His, terdapat pada sekat antar bilik yang bercabang-cabang menjadi serabut purkinje mekanisme aliran rangsang sehingga jantung berdenyut adalah : stimulus --> Nodus S. A ---> Berkas His ---> Serabut purkinje ---> Kontraksi bilik (ventrikel) 5. Tekanan/denyut jantung Berkaitan dengan menguncup dan mengembangnya jantung , dikenal 2 macam tekanan darah yaitu: a. Sistole Peristiwa menguncupnya bilik dan darah keluar dari jantung (jantung kontraksi). Pada orang normal tekanan nya sekitar 120 mm Hg b. Diastole arah Peristiwa mengembangnya bilik jantung dan darah masuk ke jantung (jantung relaksasi), pada orang normal tekanannya sekitar 80 mm Hg Alat untuk mengukur tekanan darah disebut Sphigmomanometer
PEMBULUH DARAH PADA JANTUNG Macam-macam pembuluh darah: 1. Arteri (pembuluh darah nadi), yaitu pembuluh darah yang membawa darah keluar dari jantung. Terdiri dari:
Sistem Otot-Physiology Veteriner
a. Arteri pulmonalis Merupakan pembuluh nadi yang membawa darah menuju paru-paru b. Aorta Merupakan pembuluh darah besar yang membawa darah menuju seluruh tubuh, pada pangkal batang nadi terdapat klep berbentuk bulan sabit (Valvula semilunaris) yang berfungsi untuk menjaga aliran darah agar tetap searah 2. Vena (pembuluh darah balik), yaitu pembuluh darah yang membawa darah menuju ke jantung. a. Vena Pulmonalis yaitu pembuluh darah yang membawa darah dari paru-paru menuju ke jantung b. Vena cava inferior pembuluh darah yang membawa darah dari bagian bawah tubuh menuju jantung. vena cava superior yaitu pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atas tubuh menuju ke jantung 3. Pembuluh darah kapiler Pembuluh darah halus, yang langsung berhubungan dengan jaringan tubuh. Pada pembuluh darah kapiler terdapat hubungan antara pembuluh darah arteri dengan pembuluh darah vena. Pembuluh darah kapiler tersusun atas satu lapis sel pipih satu lapisan. Semua jaringan tubuh berhubungan langsung dengan kapiler darah, sehingga proses pertukaran menjadi lebih efisien. Pertukaran material dalam pembuluh darah kapiler ke sel terjadi melalui mekanisme difusi, dan sistem transport aktif.
Aliran darah dalam kapiler lebih lambat sehingga memungkinkan proses pertukaran menjadi lebih efektif a. Venule Pembuluh darah kapiler dari vena b. Arteriole Pembuluh darah kapiler dari arteri Peredarah darah tertutup; Peredaran darah yang terjadi dimana darah mengalir hanya melalui pembuluh darah, tanpa pernah langsung menembus sel-sel atau jaringan tubuh. Peredaran darah ganda; Sistem peredaran darah manusia disebut sistem peredaran darah ganda, sebab sekali darah berdar melintasi jantung sebanyak dua kali.
Sistem Otot-Physiology Veteriner
Sistem peredaran ini dibedakan menjadi: 1. Sistem peredaran darah kecil (sistem peredaran paru-paru) Merupakan sistem peredaran yang membawa darah dari jantung ke paru-paru kembali lagi ke jantung. Pada peristiwa ini terjadi difusi gas di paru-paru, yang mengubah darah yang banyak mengandung CO2 dari jantung menjadi O2 setelah keluar dari paru-paru. Mekanisme aliran darah sebagai berikut: Ventrikel kanan jantung --> Arteri pulmonalis --> paru-paru --> vena pulmonalis -- atrium kiri jantung 2. Sistem peredaran darah besar (peredaran darah sistemik) merupakan sistem peredaran darah yang membawa darah yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Darah yang keluar dari jantung banyak mengandung oksigen. mekanisme aliran darah sebagai berikut: Ventrikel kiri --> aorta --> arteri superior dan inferior --> sel / jaringan tubuh --> vena cava inferior dan superior --> atrium kanan jantung 3. Sistem peredaran portal Sistem peredaran darah yang menuju ke alat-alat pencernaan menuju ke hati, sebelum kembali ke jantung. pembuluh darah portal berwarna coklat karena banyak mengandung nutrien
C. Hubungan Fungsi Otot dan Saraf
Semua fungsi dalam tubuh organisme diatur secara teliti, dikoordinasikan dengan berbagai fungsi organ lainnya dan diintegrasikan sesuai dengan keinginan seluruh tubuh. Baik sistem saraf maupun endokrin mengontrol berbagai proses dalam tubuh. Jika fungsi organ dalam tubuh diperiksa akan dijumpai berbagai proses pengaturan yang bervariasi. Bila respons yang cepat diperlukan, misalnya stimulasi otot rangka mata, saraf diperlukan karena derajat konduksi yang cepat. Impuls saraf bisa berpindah dengan kecepatan beberapa ratus kali/detik, jadi hanya beberapa milidetik diperlukan sebelum timbulnya efek.
D. Komposisi Kimia Serabut Otot
Perbandingan dan komposisi otot adalah seperti berikut : seluler = 85%, ekstraseluler = 15%, bagian padat (solid) = 25%, air = 75%, protein 80%, lain-lain = 20%, fibriler = 65%, sarkoplasmik = 35%, miosin = 65%, aktin = 20%, lain-lain 15%.
Sistem Otot-Physiology Veteriner
Aktin larut dalam 0,6 N larutan KCl. Aktin itu akan berikatan dengan Ca dalam bentuk Ca aktinat. Aktin adalah protein dengan BM 70.000, dengan myosin (miosin), aktin membentuk aktomiosin. Miosin terdapat dalam otot dalam bentuk magnesiummiosinat, BM-nya kira-kira 450.000.
Otot rangka mengandung air 75%, protein (terutama globulin) 20%, karbohidrat 1%, lemak, enzim, dan berbagai garam anorganik (Na, K, Mg, Ca) 4%. Miofibril mengandung paling sedikit 4 macam globulin yakni : aktin, miosin, tropomiosin, dan troponin (paramiosin). Berbagai protein tersebut di atas tidak diketemukan dalam jaringan non muskuler.
Protein lain lain yang dijumpai pada otot adalah pigmen respiratoria mioglobin. Fungsinya seperti Hb darah. Kemampuan spesifiknya adalah menerima O2 dari darah, menyimpannya, dan akhirnya melepaskannya untuk dipergunakan dalam metabolisme aerobik otot rangka. Struktur molekulnya berbeda jauh dengan Hb dan mempunyai afinitas mengikat O2 yang lebih besar daripada Hb.
E. Kontraksi Otot
Periode Kontraksi
Periode ini terdiri dari, yaitu; 1) periode laten (PL) merupakan periode pemberian rangsangan sampai terjadi respons, 2) periode kontrkasi (PK), periode pemendekan otot atau kontraksi dan ke- 3) periode relaksasi yaitu periode kembalinya otot pada posisi semula setelah mengalami kontraksi.
Secara normal otot distimulasi untuk berkontraksi sebagai respons terhadap adanya impuls saraf. Bahkan otot dalam gabungannya sebagai jaringan yang mempunyai iritabilitas juga akan berkontraksi dengan adanya stimuli listrik, mekanis, kimiawi, dan mungkin panas yang langsung. Pemendekan yang bisa dilihat pada wakltu kontraksi otot meliputi hanya perubahan mekanis sebagi akibat akhir dari beberapa perubahan internal yang tidak bisa diketahui. Dalam hal ini meliputi berbagai perubahan: kimia, termal, elektris, dan mekanis.
Ransangan
Rangsangan adalah perubahan keadaan luar yang dalam organisme misalnya sel otot dapat menimbulkan reaksi yang bersifat spesifik. Berbagai cara memberikan rangsangan sebagai berikut.
Sistem Otot-Physiology Veteriner
1. Rangsangan mekanis berupa tekanan, tarikan, tusukan, cubitan, dan lain-lain. Reaksi yang terjadi dalam organisme disebut efek. Menurunnya kekuatan rangsangan mekanis jauh lebih besar daripada efek yang ditimbulkannya. Sering rangsangan mekanis begitu besar sehingga jaringan yang dirangsang itu menjadi rusak karenanya.
2. Rangsangan kimia yang murni sukar diberikan karena sifat zat kimia yang mudah berubah. Supaya didapatkan rangsangan kimia yang murni zat harus dalam larutan, larutan harus isotinik, suhunya sama dengan suhu jaringan yang hendak dirangsang.
3. Rangsangan kalorik/Thermis berupa rangsangan panas atau dingin. Saraf ferifer umumnya tidak peka terhadap rangsangan kalorik, sehingga karenanya tenaga rangsangan harus kuat sekali; akibatnya jaringan menjadi rusak.
4. Rangsangan listrik, cara rangsangan ini banyak dipakai karena mempunyai berbagai kebaikan :
a). tiap jaringan peka terhadap listrik.
b). tidak merusak jaringan,
c). kekuatannya dapat diatur,
d). saat rangsangannya dapat ditentukan,
e). lama rangsangannya dapat ditentukan,
f). tempat rangsangannya dapat ditentukan.
Otot rangka bila mengalami inervasi (tidak mendapat ransangan saraf) akan mengalamim paralisis. Juga otot rangka tidak bisa berkontraksi secara otomatis dan spontan.
Rigor Mortis
Segera sesudah mati, tubuh mengalami rigor mortis yaitu menjadi kaku. Bila hewan mati kontrol sistem saraf pusat tidak ada, otot kehilangan iritabilitasnya (kepekaannya), menjadi pendek, menjadi kaku, suram, dan tidak dapat meregang. Perubahan itu menandakan habisnya ATP dan akumulasi asam laktat. Secara normal ketika otot mengalami rigor mortis, terjadi hilangnya glikogen dan terbentuknya asam laktat. Penyebab rigor mortis belum diketahui dengan pasti. Rigor mortis pada umumnya timbul setelah 10 menit sampai 4 atau 5 jam setelah mati dan hilangnya dalam waktu 1 – 6 hari. Rigor mortis mulai pada otot rahang berlanjut ke leher, lengan, badan, dan kaki. Timbulnya rigor mortis dipengaruhi oleh keadaan mahluk sebelum mati antara lain seperti di bawah ini. Sistem Otot-Physiology Veteriner
1. Bila glikogen dihilangkan dari otot dengan baik, rigor mortis hampir terjadi segera sesudah mati. Hal itulah yang menhyebabkan rigor mortis yang tiba-tiba pada mahluk yang mati setelah menderita penyakit yang lama atau karena terlalu lelah.
2. Panas mempercepat, tetapi dingin memperlambat terjadinya rigor mortis.
3. Dalam rigor mortis akan terjadi perubahan pada protein otot tetapi sebegitu jauh belum diketahui perbedaan perubahan itu.
Habisnya ATP menyebabkan tidak tersedianya energi untuk pemisahan berbagai filamen setelah terjadi sliding filament pada waktu kontraksi. Dengan demikian otot tersebut akan terus dalam keadaan kontraktur. Rigor mortis akan terus berlanjut sampai terjadi perusakan protein, yang biasanya disebabkan oleh autolisis yang dilakukan oleh berbagai enzim yang dihasilkan oleh lisozim.
Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot
Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan difraksi sinar X, Hansen dan Huxly (l955) mengemukkan teori kontraksi otot yang disebut model sliding filamen. Model ini menyatakan bahwa kontraksi didasarkan adanya dua set filamen di dalam sel otot kontraktil yang berupa filament aktin dan filamen miosin.. Rangsangan yang diterima oleh asetilkolin menyebabkan aktomiosin mengerut (kontraksi). Kontraksi ini memerlukan energi. Pada waktu kontraksi, filamen aktin meluncur di antara miosin ke dalam zona H (zona H adalah bagian terang di antara 2 pita gelap). Dengan demikian serabut otot menjadi memendek yang tetap panjangnya ialah ban A (pita gelap), sedangkan ban I (pita terang) dan zona H bertambah pendek waktu kontraksi. Ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisisnya menjadi Sistem Otot-Physiology Veteriner
ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke miosin yang berubah bentuk ke konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang. Kemudian simpanan energi miosin dilepaskan, dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah, pada saat inilah terjadi relaksasi. Relaksasi ini mengubah sudut perlekatan ujung myosin menjadi miosin ekor. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin terpecah ketika molekul baru ATP bergabung dengan ujung miosin. Kemudian siklus tadi berulang Iagi.
Perubahan-perubahan selama kontraksi otot
Perubahan-perubahan tersebut terbagi atas empat perubahan yaitu;
1. Perubahan Bentuk; merupakan terjadi pada saat kontraksi, dimana otot menjadi pendek dan gemuk, tetapi tidak mengalami perubahan volume, kemudian perubahan ini terjadi perubahan bentuk dari protein. Menurut Szent-Gyorgy ; perubahan ini karena adanya protein dalam otot akan berubah menjadi aktomiosin kemudian akan terurai menjadi aktin & miosin sehingga aktin mengalami torsi (perputaran)
2. Perubahan Kimia; pada saat kontraksi Fosfat dan Asam laktat meningkat jumlahnya, sehingga fosfat atau glikogen menurun jumlahnya kemudian oksigen banyak digunakan sehingga H2O dan CO2 banyak dihasilkan. Maka pada proses perubahan kimia dikenal kontraksi dengan 4 macam yaitu; 1). ATP=Adenotrifosfat diuraikan menjadi ADP=Adenodifosfat, sehingga menghasilkan energi untuk kontraksi, 2). Fosfokreatin diuraikan menjadi fosfat dan kreatin, energi yang dihasilkan untuk re-sintesis fosfokreatin. 3). Glikogen diuraikan menjadi asam laktat, energi yang dihasilkan juga untuk meresintesis fosfokreatin dan ke- 4). Seperlima Asam laktat dan O2 diuraikan menjadi air dan karbondioksida, sehingga energi yang dihasilkan untuk mengubah empat per lima asam laktat menjadi glikogen.
3. Perubahan Panas/thermis; dari seluruh energi yang digunakan untuk kontraksi hanya 20% dan selebihnya hilang dalam bentuk panas, panas yang timbul dapat digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh, sehingga pada suhu yang dingin bisa memproduksi panas melalui pergerakan otot.
4. Perubahan Listrik; bila otot berkontraksi terjadi perubahan listrik sehingga timbul arus aksi yang mengalir dari daerah positif ke daerah negatif dan daerah aktif relatif lebih negatif di bandingkan dengan daerah non aktif (positif) kemudian mengalami istirahat maka tidak akan timbul arus aksi.
Sistem Otot-Physiology Veteriner
Sumber Energi untuk Gerak Otot
ATP (Adenosht Tri Phosphat) merupakan sumber energi utama untuk kontraksi otot. ATP berasal dari oksidasi karbohidrat dan lemak. Kontraksi otot merupakan interaksi antara aktin dan miosin yang memerlukan ATP. ATP ---- ADP + P Aktin + Miosin ------------------------- Aktomiosin ATPase
Fosfokreatin merupakan persenyawaan fosfat berenergi tinggi yang terdapat dalam konsentrasi tinggi pada otot. Fosfokreatin tidak dapat dipakai langsung sebagai sumber energi, tetapi fosfokreatin dapat memberikan energinya kepada ADP. kreatin Fosfokreatin + ADP ----------------- keratin + ATP Fosfokinase Pada otot lurik jumlah fosfokreatin lebih dari lima kali jumlah ATP. Pemecahan ATP dan fosfokreatin untuk menghasilkan energy tidak memerlukan oksigen bebas. Oleh sebab itu , fase kontraksi otot sering disebut fase anaerob.
F. Istilah dan Kelainan Pada Otot
Istilah umum pada system otot yaitu;
1. Treppe 􀃆 Rangsang yang berulang dengan intensitas (kuat) rangsang yang sama sehingga lambat laun kuat kontraksi meningkat
2. Hipertropi 􀃆 Bila otot melakukan kerja secara terus menerus maka otot akan membesar 􀃆 setiap diameter serabut syaraf juga akan membesar, tetapi jumlah serabut serabut di dalamnya tetap atau tidak bertambah
3. Atropi 􀃆 Bila otot tidak digunakan (misalnya sakit shg tidak berjalan karena sakit) maka otot akan mengecil
4. Hiperplasia 􀃆 Membesarnya otot, karena jumlah serabut yang bertambah
Kelainan pada otot dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Atrofi Atrofi merupakan suatu keadaan mengecilnya otot sehingga kehilangan kemampuan berkontraksi.
Sistem Otot-Physiology Veteriner
b. Kelelahan Otot Kelelahan otot terjadi karena terus menerus melakukan aktivitas, dan bila ini berlanjut dapat terjadi kram.
c. Tetanus Tetanus adalah otot vang terus menerus berkontraksi (tonus atau kejang) akibat serangan bakteri Clostridium tetani.
d. Miestenia Gravis Miestenia Gravis adalah melemahnya otot secara berangsur-angsur sehingga menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti.
e. Kaku Leher (Stiff) Stiff adalah peradangan otot trapesius leher sehingga leher terasa kaku. Stiff terjadi akibat kesalahan gerak.
Sistem Otot-Physiology Veteriner

Tidak ada komentar:

Posting Komentar